Minggu, 28 Desember 2014

Muqaddimah


MUQADDIMAH

AL-IMAM AN-NAWAWI

الحمد لله رب العالمين، قيوم السموات والأرضين، مدبر الخلائق أجمعين، باعث الرسل صلواته وسلامه عليهم إلى المكلفين، لهدایتهم وبيان شرائع الدین، بالدلائل القطعية وواضحات البراهين، أحمده على جميع نعمه وأسأله المزید من فضله وآرمه
وأشهد أن لا إله إلا الله الواحد القهار الكریم الغفار
وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله وحبيبه وخليله، أفضل المخلوقين المكرم بالقرآن العزیز المعجزة المستمرة على تعاقب السنين، وبالسنن المستنيرة للمسترشدین، المخصوص بجوامع الكلم وسماحة الدین، صلوات الله وسلامه عليه وعلى سائر النبيين والمرسلين وآل آل وسائر الصالحين. أما بعد


Segala puja-pujian bagi Allah Tuhan Seru Sekelian Alam, Pencipta langit dan bumi, Pentadbir sekalian makhluk, Pengutus para rasul kepada orang-orang yang mukallaf, untuk memberikan hidayah kepada mereka dan menerangkan syari‘at agama, dengan dalil-dalil yang putus (yang yakin) serta bukti-bukti yang jelas. Saya memuji-Nya atas segala nikmat-Nya dan saya berdo’a kepada-Nya tambahan kurniaan-Nya dan kemurahan-Nya.

Saya bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Perkasa, Maha Pemurah lagi Maha Pengampun.

Sesungguhnya kami telah riwayatkan daripada Ali ibn Abi Talib, Abdullah ibn Mas‘uud, Mu‘az ibn Jabal, Abu al-Darda’, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Anas ibn Malik, Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudrie radhiallahu ‘anhuma dari berbagai-bagai jalan (sanad) dengan riwayat yang bermacam-macam, bahwa

Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

Barangsiapa yang menghafal atas umatku empat puluh hadis daripada (hadist yang) berkenaan dengan agama mereka, niscaya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam golongan para fuqaha’ dan ‘ulama.

Dalam suatu riwayat lain:
Niscaya Allah akan membangkitkannya sebagai seorang faqih dan ‘alim."

Dalam riwayat Abu al-Darda’:
Adalah aku (yaitu Rasulullah) pada hari kiamat menjadi orang yang memberikan syafa‘at dan saksi kepadanya”.

Dalam riwayat Ibnu Mas‘uud :
dikatakan kepadanya (orang yang menghafal 40 hadist) masuklah engkau dari pintu-pintu surga yang engkau mau”.

Dalam riwayat Ibnu ‘Umar :
Niscaya dia ditulis termasuk dalam golongan ‘ulama’, dan dibangkitkan dalam golongan para syuhada’ ”.

Para ‘ulama hadist telah mufakat bahwa ini adalah hadist dha‘if sekalipun jalan-jalannya banyak.

Para ‘ulama radhiallahu ‘anhuma telah mengarang dalam bab ini (yaitu bab 40 hadist) banyak karangan yang tiada terbilang banyaknya. Orang yang paling awal mengarangnya sepakat pengetahuan saya ialah Abdullah ibn al-Mubarak, kemudian Muhammad ibn Aslam al-Thusie al-’Alim al-Rabbanie, kemudian al-Hasan ibn Sufian al-Nasa’ie, Abu Bakar al-Aajirie, Abu Muhammad ibn Ibrahim al-Asfahanie, al-Daraquthnie, al-Hakim, Abu Nu‘aim, Abu Abdul Rahman al-Salmie, Abu Sa‘id al-Malinie, Abu ‘Uthman al-Shabuni, Abdullah ibn Muhammad al-Ansari, Abu Bakar al-Baihaqie( عبد اللهبن المبارك ثم محمد بن أسلم الطوسي العالم الرباني ثم الحسن بن سفيان النسائي وأبو بكر الآجري وأبو محمد بن إبراهيم الأصفهانيوالدارقطني والحاآم وأبو نعيم وأبو عبد الرحمن السلمي وأبو سعيد الماليني وأبو عثمان الصابوني وعبد الله بن محمد الأنصاري وأبوبكر البيهقي. ) dan ramai lagi ‘alim ‘ulama yang lain yang tiada terkira banyaknya sama ada daripada kalangan ‘ulama terdahulu atau terkemudian.

Sesungguhnya saya telah beristikharah kepada Allah Ta‘ala untuk mengumpulkan empat puluh hadist sebagai mengikuti jejak langkah para Imam tokoh ‘ulama dan para huffaz al-Islam (Para pendukung Islam, pemelihara Islam, atau para Imam Hafiz hadist).

Para ‘ulama telah bermuafakat tentang keharusan beramal dengan hadist dha‘if dalam soal fadhail a‘maal ((فضائل الأعمال) yaitu amalan-amalan yang sunat).

Namun demikian, bukan menjadi ketergantungan saya (dalam usaha mengumpulkan 40 hadist ini) kepada hadist dha‘if, bahkan saya menggantungkan hal ini dari sabda Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam dalam beberapa hadist sahih :

( ليبلغ الشاهد الغائب )

Hendaklah orang yang hadir (majlis Rasulullah dan mendengar pengajaran Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam menyampaikan (apa yang didengarinya) kepada orang yang tidak hadir”,


Juga sabda Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam

( نضر الله امرءا سمع مقالتي فوعاها فأداها آما سمعها )

Allah mempercahayakan (wajah) seseorang yang mendengar kata ucapanku, lalu dia memahaminya, lantas dia menunaikannya (Menunaikannya yaitu menyampaikannya kepada orang lain sama ada dengan lafaz yang sama tepat atau dengan makna karena harus meriwayatkan Hadist Nabi secara makna dengan beberapa syarat tertentu. Lihat (Syarah Hadist 40 Nawawi) karangan al-Imam Ibnu Daqiq, Maktabah al-Turath al-Islamie, Kaherah,1987 pada syarah muqadimah ini), sebagaimana dia mendengarnya”.

Ada sebagian ‘ulama yang mengumpulkan 40 perkara mengenai prinsip-prinsip agama (usuluddin), manakala sebagian lain mengenai perkara furu‘, sebagian yang mengenai perkara jihad, sebagian yang lain mengenai zuhud, sebagian yang lain mengenai adab-adab, sebagian mereka mengenai khutbah.

Semuanya adalah pekerjaan yang bertujuan mencari ridha Allah Ta‘ala semata untuk dapat disampaikan kepada orang-orang yang melakukannya.

Saya berharap dalam  mengumpulkan 40 perkara yang lebih utama daripada itu semua, yaitu 40 hadist yang merangkum semua topik yang dimaksud, yang mana setiap hadist (dari 40 hadist tersebut) menjadikan kaidah (tunggak atau prinsip) yang agung dari kaidah-kaidah agama, yang mana hadist itu telah disifatkan oleh para ‘ulama bahwa siar Islam di lingkungan sekitar, atau separuhnya, atau sepertiganya seumpama.

Kemudian saya beriltizam dalam pemilihan 40 hadist ini agar ini merupakan hadist-hadist sahih, dan kebanyakannya adalah terdapat dalam kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, di mana saya menyebut hadist-hadist tersebut secara dibuang sanadnya agar ia mudah dihafal, dan supaya manfaatnya lebih tersebar umum insyaaAllah Ta‘ala, kemudian saya iringi pula hadist-hadist ini dengan pada suatu bab yang menguraikan makna lafaz-lafaz hadist (40 ini) yang tersembunyi.

Seyogyanyalah bagi orang yang mencintai negeri akhirat bahwa dia mengenali hadist-hadist ini justera kandungannya merangkumi perkara-perkara yang penting dan mengingat tentang segala ketaatan. Yang demikian itu adalah bagi orang-orang yang benar-benar bertadabur.

Kepada Allah jua pergantungan saya, kepada-Nya jua harapan dan sandaran saya, dan segala puja dan nikmat itu bagi-Nya, dan hanya dengan-Nya jua Taufiq dan ‘Ishmah (‘Ishmah iaitu pemeliharaan daripada kesalahan. Daripada perkataan ini datangnya pecahan perkataan “Ma’sum”).
 Klik Di Sini
[Hadist 1]•
kx2bab-eaxeexka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar